Jangan sampai terjebak dengan kalimat-kalimat yang
melemahkan semangat. Anda harus waspada. Tidak dapat dipungkiri bawha
kalimat-kalimat tersebut sering kali dijumpai di sekitar kita, yang pada
akhirnya dapat menyusutkan semangat dan mengendurkan motivasi kerja kita,
misalnya: “Jangan kamu mimpi jadi presiden, orang miskin kok ingin jadi
presiden!”. Ini adalah salah satu contoh kalimat yang dinilai kalimat kurang
ajar dan mematikan! Seharusnya, kita perlu menghindari dan menghilangkan
kebiasaan bertutur yang demikian, karena hal tersebut tentu akan merugikan. Ingatlah,
setiap orang—siapa pun Anda, mempunyai hak yang sama untuk menjadi apa saja,
bahkan menjadi presiden sekali pun.
Mulailah dari sekarang—siapapun Anda—jangan takut
untuk “berpikir besar”. Perlu Anda ketahui, Lee Myung-bak, presiden Kore
Selatan, ternyata memiliki masa lalu yang penuh derita. Kemiskinan adalah
sebuah kenyataan yang harus dialami Lee pada masa kecilnya. Anda mungkin dapat
membayangkan penderitaan Lee itu: saat sarapan, ia hanya makan ampas gandum;
untuk makan siangnya, ia hanya mengganjal perutnya dengan minum air saja; dan
saat itu makan malam tiba, ia kemali harus makan ampas gandum. Di samping itu,
ampas gandum yang ia makan ternyata tidak ia peroleh secara gratis. Keluarganya
mendapatkan ampas itu dari hasil penyulingan minuman keras. Ibaratnya, Lee dan
keluarganya harus menelan sampah. Dengan keyakinan dan perjuangannya, akhirnya
ia berhasil membuktikan bahwa, setiap orang mempunyai hak untuk akses.
Saat kuliah, ia mulai berkenalan dengan dunia
politik dan inilah awal dari titik balik kehidupannya. Lee kemudian terpilih
menjadi anggota Dewan Mahasiswa dan terlibat dalam berbagai aksi demo anti
pemerintah. Karena ulahnya ini, ia sempat dihukum penjara percobaan, namun
hukuman tersebut ternyata jadi penghalang baginya untuk diterima sebagai
karyawan Hyundai Group. Pihak Hyundai Group tidak berani menerimanya sebagai
karyawan karena khawatir pemerintah akan marah. Lee ternyata tidak ingin
menyerah pada keadaan, maka ia pun mulai berpikir untuk mencari jalan keluar
terbaik. Karena tekadnya yang kuat, ia memberanikan diri untuk mengirim surat
ke kantor kepresidenan. Isi suratnya bernada memelas, yang intinya berharap
pemerintah jangan menghancurkan masa depannya. Isi surat itu ternyata menyentuh
hati sekretaris presiden sehingga ia memerintahkan pihak Hyundai Group untuk
menerima Lee sebagai karyawan.
Saat menjadi karyawan di Hyundai, ia mampu
menunjukkan bakatnya yang cemerlang bahkan ia mendapat julukan “buldozer”
karena selalu dapat membereskan semua masalah, sesulit apapun masalah itu. Salah
satu karyanya yang fenomenal adalah mempreteli habis sebuah buldozer untuk
mempelajari cara kerja mesin itu dan di kemudian hari, Hyundai Group berhasil
memproduksi buldozer. Tentu saja kemampuan Lee ini mengundang decak kagum
pendiri Hyundai. Berkat rekomendasi dari pimpinannya, akhirnya ia dapat
menduduki posisi tertinggi di divisi konstruksi, divisi ini seakan menjadi “mesin
pencetak uang” bagi Hyundai karena Korea Selatan sedang mengalami booming
ekonomi sehingga pembangunan fisik sangat marak.
Setelah 30 tahun berkerja di Hyundai, Lee mulai
tertarik untuk masuk ke ranah politik dan menjadi anggota parlemen (1992),
kemudian pada tahun 2002, ia terpilih menjadi walikota Seoul dan sejak tahun
2007, Lee Myung-bak, telah berhasil menjadi orang nomor satu di Korea Selatan—sebuah
negara maju—sebagai presiden. Sebuah proses perjuangan yang dahsyat bukan? Inilah
sebuah pembuktian yang nyata bahwa dengan perjuangan keras dan keyakinan kuat,
setiap orang dapat meraih sukses sebagai wujud pengabdiannya kepada bangsa dan
negaranya bahkan bagi kemajuan peradaban umat manusia dan kemanusiaan.
Keberhasilan hidup Lee untuk bangkit dari kemelaratan
yang luar biasa hingga menjadi orang nomor satu di Korea Selatan adalah contoh
nyata betapa setiap orang itu dapat mengubah nasibnya. Jika orang yang sangat
miskin saja dapat sukses, bagaimana dengan Anda yang mungkin tidak mengalami
kemiskinan seperti Lee itu?
Jika Lee Myung-bak sukses menjadi presiden mulai
dari nol, maka Anda pun harus bekerja keras untuk mencapai yang Anda inginkan
itu, misalnya menjadi pengusaha sukses. Fokuskan keyakinan, perjuangan, dan
kerja keras Anda untuk menjadi pengusaha sukses. Teriakkan pula berulang-ulang
bahwa, “sukses itu wajib!”.
Agar Anda tidak salah mengartikan makna sukses
tersebut, Tanadi Santoso, seorang penulis Business Wisdom, memberikan
nasihatnya. Menurutnya, sukses bukanlah sebuah pintu, tetapi sukses adalah
sebuah pendakian anak tangga yang harus kita lewati setapak demi setapak. Jika kita
cermati, orang-orang sering salah memahami makna sebuah kesuksesan yang mereka
dapatkan. Mereka seringkali mengartikan bahwa, jika dia mampu mencapai sesuatu
maka hal itu disebut sukses, misalnya jika mendapat uang Rp 1 juta, maka saya
dapat dikatakan telah mampu meraih sukses dan jika mempunyai Rp 55 miliar maka
hal tersebut disebut sukses besar.
Sesungguhnya sukses itu juga tidak seperti mereka
pahami sekarang ini. Sukses itu juga bukan sebuah pencapaian prestasi pada
titik tertentu. Melainkan sebuah perjalanan panjang yang menuntut adanya sebuah
proses. Kita tidak dapat meraih sukses secara tiba-tiba, tanpa melalui
perjalanan yang disebut proses.
0 Response to "Tuhan Tidak Pernah Menunda Sukses Kita"
Post a Comment