Andreas Kagawa, Country Manager, Trend Micro Indonesia |
Dalam acara yang Trend Micro gelar ini tidak lain bertujuan untuk membekali perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia untuk lebih memahami dan mengetahui berbagai jenis keamanan informasi dan manajemen risiko yang dapat mereka aplikasikan nantinya.
Dengan semakin tenarnya tren big data, cloud computing, mobility dan Internet of Things, berbagai bentuk ancaman cybercrime pun semakin meningkat.
Hal tersebut selaras dengan laporan Gartner, bahwa di tahun 2020, sebesar 60 persen dari digital business yang ada diprediksikan akan mengalami kegagalan besar dalam menyelenggarakan layanan yang diakibatkan kurangnya kesigapan tim keamanan IT perusahaan dalam mengelola risiko digital.
Dalam keterangan resminya, di Jakarta, Jumat (2/9/2016), serangan cybercrime terjadi disebabkan karena ketidaktahuan karyawan terhadap berbagai jenis serangan cybercrime yang ada saat ini.
Tahun ini, CLOUDSEC Asia Pacific 2016 melibatkan beberapa pembicara yang kompeten dengan bahasan-bahasan menarik, di antaranya:
- Myla Pilao, Director, Trend Labs, mempresentasikan materi yang berjudul Take Control “Empower the People”
- Gildas Arvin Deograt Lumy, Kementerian Koordinasi Politik, Hukum dan Keamanan Republik Indonesia, Information Security Professional Network (ISPN), XecureIT, yang akan menyampaikan informasi tentang Tren Keamanan di Indonesia.
- Dr. Toshinobu Yashuhira, Digital Crime Officer, INTERPOL, menyampaikan materi tentang Peran dan Upaya INTERPOL dalam Melakukan Pendekatan kepada Multi-Stakeholder untuk Memerangi Cybercrime.
- Eric Skinner, Vice President Market Strategy, Trend Micro, berbagi informasi tentang Business Driven Perspective in Security.
“Mengelola dan memberdayakan karyawan dengan pola pikir dan kecakapan teknis soal keamanan seharusnya dijadikan sebagai prioritas utama bagi perusahaan,” tutur Andreas Kagawa, Country Manager, Trend Micro Indonesia.
0 Response to "Trend Micro Gelar Forum Cloudsec 2016, untuk Perangi Cybercrime"
Post a Comment